Jadi kalau mau membuat seorang anak pintar bahasa asing, ajaklah
ngobrol dengan bahasa asing itu sejak dalam kandungan hingga lahir dan
awal-awal kehidupannya.
Cita-citaku sih pengen punya anak yang pintar bahasa Indonesia (pasti
donk), Arab, dan Inggris. Karena itu mulai saat ini aku sebagai calon
orang tua, harus lebih dulu pinter bahasa Arab dan Inggris.
Wah berarti udah telat donk kalau kita mau jadi ahli dalam bahasa asing ? Harus ngulang jadi bayi donk ? Hehehe…
Wah berarti udah telat donk kalau kita mau jadi ahli dalam bahasa asing ? Harus ngulang jadi bayi donk ? Hehehe…
Ga usah jadi bayi kembali kalau hanya sekedar ingin membuat bahasa asing kita berkembang. Ga ada kata telat untuk belajar.
Sesungguhnya, yang paling penting dari sebuah komunikasi dengan orang
lain adalah orang tersebut mengerti maksud kita. Begitu juga
sebaliknya. Kita mampu mengerti maksud lawan bicara kita. Itu saja.
Entah itu dengan bahasa tulisan, lisan, atau bahkan isyarat. Hal-hal
seperti itu hanyalah jalurnya aja untuk berkomunikasi. Hakekat dari
komunikasi adalah terwujudnya kepahaman antara satu orang dengan orang
lain.
Aku ambil contoh perjalananku beberapa waktu lalu ke swiss. Bahasa
yang paling banyak digunakan di negara ini adalah bahasa Prancis. Bahasa
lainnya yang biasa dipakai antara lain Jerman, dan Italia. Sedangkan
waktu itu aku hanya mengerti bahasa Inggris. Dan belum tentu semua orang
di Swiss ngerti bahasa Inggris.
Waktu itu, aku masuk ke sebuah toko yang menjual souvenir untuk aku bawa pulang ke tanah air. Dan apes-nya, penjualnya ga ngerti bahasa Inggris. Dia hanya bisa bahasa Prancis. Nah, gimana proses jual beli itu berlangsung ?
Si penjual terus aja nyerocos dengan bahasa Prancis-nya sambil
menggerak-gerakkan tangannya yang kadang nunjuk barang, kadang juga
membuat angka dengan jarinya.
Dan ajaibnya aku bisa ngerti apa yang dia maksud, walaupun ga persis
seperti yang dia maksud. Aku tahu maksudnya sewaktu aku mau ngambil
barang di bagian depan toko nya. Terus dengan bahasa Prancisnya dia
bilang kalau itu jangan diambil. Itu hanya sebagai display. Entar dia
akan mengambilkan stoknya di gudang.
Dari kejadian itu aku bisa ambil kesimpulan, kalau untuk
berkomunikasi secara sederhana dengan orang asing tidak perlulah terlalu
ngerti bahasanya. Secara naluriah kita punya gerakan-gerakan isyarat,
yang memungkinkan kita mengerti maksud orang tersebut.
Namun akan lain ceritanya jika penggunaan bahasa asing ini untuk
perbincangan yang lebih lanjut. Tentu aja ga bisa dengan bahasa isyarat.
Misalnya dalam sebuah konferensi internasional. Ga lucu kan kalau kita
pake bahasa isyarat di konferensi internasional ? (terkecuali bagi
rekan-rekan yang memiliki keterbatasan fisik untuk berkomunikasi).
Nah, untuk yang satu ini saya punya kuncinya. Cuma satu aja kok. Yakni kosa kata.
Apapun bahasanya, kosa kata adalah hal yang utama. Ingat kan ketika kita baru lahir ke dunia ini ? Apakah kita peduli dengan aturan tata bahasa ? Ga kan ? Kita bicara aja seenaknya (tentu aja sesuai dengan kata-kata yang udah pernah kita dengar).
Apapun bahasanya, kosa kata adalah hal yang utama. Ingat kan ketika kita baru lahir ke dunia ini ? Apakah kita peduli dengan aturan tata bahasa ? Ga kan ? Kita bicara aja seenaknya (tentu aja sesuai dengan kata-kata yang udah pernah kita dengar).
Nah, bahkan ketika umur 2 tahun kita udah lancar bicara, namun bahasa
kita masih ga terstruktur dengan baik kan ? Bahkan hingga kita tua.
Tata bahasa hanya kita gunakan dalam tulisan-tulisan resmi aja kan ?
Seperti itu juga ketika mempelajari bahasa asing. Jangan terlalu
pusing dengan tata bahasa dulu. Pelajari dulu kosa katanya. Entar kalau
udah punya banyak kosa kata, baru deh coba cari lawan bicara. Atau
setidaknya kalau sulit mencari lawan bicara, dengerin aja orang yang
asli bicara bahasanya.
Entar lama-lama, otak kita akan memasukkan bahasa itu ke dalam
sistemnya. Kalau sudah begitu, bahasa asing kamu tinggal cas-cis-cus
doank…