GLOBAL BAHASA,--Beberapa waktu yang lalu aku pernah menonton film dokumenter di Metro
TV, waktu itu lagi ngebahas tentang keajaiban bayi. Subhanallah,
ternyata seorang bayi yang baru lahir diberi kemampuan untuk menguasi
seluruh bahasa dunia. Namun, seiring bertambahnya umur sang bayi,
kemampuan pengenalan bahasanya semakin menurun. Sang bayi hanya akan
mengenal bahasa yang sehari-hari yang dia dengar aja.
Jadi kalau mau membuat seorang anak pintar bahasa asing, ajaklah
ngobrol dengan bahasa asing itu sejak dalam kandungan hingga lahir dan
awal-awal kehidupannya. Cita-citaku sih pengen punya anak yang pintar
bahasa Indonesia (pasti donk), Arab, dan Inggris.
Ga usah jadi bayi kembali kalau hanya sekedar ingin membuat bahasa
asing kita berkembang. Ga ada kata telat untuk belajar. Sesungguhnya,
yang paling penting dari sebuah komunikasi dengan orang lain adalah
orang tersebut mengerti maksud kita. Begitu juga sebaliknya. Kita mampu
mengerti maksud lawan bicara kita. Itu saja. Entah itu dengan bahasa
tulisan, lisan, atau bahkan isyarat. Hal-hal seperti itu hanyalah
jalurnya aja untuk berkomunikasi. Hakekat dari komunikasi adalah
terwujudnya kepahaman antara satu orang dengan orang lain. Bahasa yang paling
banyak digunakan di negara ini adalah bahasa Prancis. Bahasa lainnya
yang biasa dipakai antara lain Jerman, dan Italia. Sedangkan waktu itu
aku hanya mengerti bahasa Inggris. Dan belum tentu semua orang di Swiss
ngerti bahasa Inggris.
kalau untuk berkomunikasi secara sederhana dengan orang asing tidak perlulah terlalu ngerti bahasanya. Secara naluriah kita punya gerakan-gerakan isyarat, yang memungkinkan kita mengerti maksud orang tersebut. Namun akan lain ceritanya jika penggunaan bahasa asing ini untuk perbincangan yang lebih lanjut. Tentu aja ga bisa dengan bahasa isyarat. Misalnya dalam sebuah konferensi internasional. Ga lucu kan kalau kita pake bahasa isyarat di konferensi internasional ? (terkecuali bagi rekan-rekan yang memiliki keterbatasan fisik untuk berkomunikasi).
kalau untuk berkomunikasi secara sederhana dengan orang asing tidak perlulah terlalu ngerti bahasanya. Secara naluriah kita punya gerakan-gerakan isyarat, yang memungkinkan kita mengerti maksud orang tersebut. Namun akan lain ceritanya jika penggunaan bahasa asing ini untuk perbincangan yang lebih lanjut. Tentu aja ga bisa dengan bahasa isyarat. Misalnya dalam sebuah konferensi internasional. Ga lucu kan kalau kita pake bahasa isyarat di konferensi internasional ? (terkecuali bagi rekan-rekan yang memiliki keterbatasan fisik untuk berkomunikasi).
Nah, untuk yang satu ini saya punya kuncinya. Cuma satu aja kok.
Yakni kosa kata. Apapun bahasanya, kosa kata adalah hal yang utama.
Ingat kan ketika kita baru lahir ke dunia ini ? Apakah kita peduli
dengan aturan tata bahasa ? Ga kan ? Kita bicara aja seenaknya (tentu
aja sesuai dengan kata-kata yang udah pernah kita dengar). Nah, bahkan
ketika umur 2 tahun kita udah lancar bicara, namun bahasa kita masih ga
terstruktur dengan baik kan ? Bahkan hingga kita tua. Tata bahasa hanya
kita gunakan dalam tulisan-tulisan resmi aja kan ? Seperti itu juga
ketika mempelajari bahasa asing. Jangan terlalu pusing dengan tata
bahasa dulu. Pelajari dulu kosa katanya. Entar kalau udah punya banyak
kosa kata, baru deh coba cari lawan bicara. Atau setidaknya kalau sulit
mencari lawan bicara, dengerin aja orang yang asli bicara bahasanya.
Entar lama-lama, otak kita akan memasukkan bahasa itu ke dalam
sistemnya atau mengundang guru les bahasa ke rumah. Kalau sudah begitu, bahasa asing kamu tinggal cas-cis-cus
doank…