
Les Privat Global Excellent,--Bagi kebanyakan orang, belajar bahasa asing
tuh ribet, menuh-menuhin
otak, atau nggak… kayak nggak ada pelajaran yang lebih penting aja.
Padahal, di era global ini kita dituntut untuk menguasai bahasa lain
selain Bahasa Inggris dan Indonesia–pastinya. Dengan menguasai berbagai
bahasa, lapangan pekerjaan untuk kita meluas dan apa yang kita pelajarin
nggak monoton.
Believe it or not, belajar bahasa asing bisa bikin orang lebih pinter,
loh. Akademisi dari Universitas Newcastle dan Universitas York, Inggris,
mendukung anggapan yang mengatakan bahwa belajar bahasa membuat
seseorang menjadi lebih pintar dengan dasar ilmiah yang kuat.
Bahasa yang berbeda mewakili makna yang berbeda. Contohnya, dalam Bahasa Inggris blue itu biru, dan dalam Bahasa Italia, biru itu celeste (biru muda) dan blu
(biru tua). Jadi ketika seseorang yang biasa bicara Bahasa Inggris
mempelajari Bahasa Italia, dia harus belajar untuk berpikir tentang
warna yang berbeda untuk menggunakan kata yang benar.
“Kami sudah tahu bahwa mempelajari bahasa lain meningkatkan pengetahuan
juga tentang bahasa ibu kita, dan penelitian juga sudah membuktikan
bahwa mempelajai bahasa lain memiliki efek positif pada otak,” ujar
Profesor Vivian Cook dari Newcastle University, dikutip dari
Medialxpress.com. “Anak-anak muda saat ini berpendapat bahwa menguasai
dua bahasa dapat menunda timbulnya kepikunan ketika sudah tua,” beliau
melanjutkan.
Para peneliti ingin mengambil langkah lebih lanjut untuk melihat apakah
menguasai dua bahasa bisa menjadi semacam bentuk latihan pikiran.
Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa mempelajari dua bahasa tidak
secara langsung mengubah cara seseorang melihat dunia. Efek positif
menguasai bahasa baru menyebabkan seseorang merangkul konsep baru yang
tak terwakili bahasa ibu.
“Jika saya meminta Anda untuk memikirkan makan siang, Anda mungkin akan
berpikir tentang sebuah sandwich dengan keripik. Jika saya bertanya
kepada orang Italia untuk memikirkan pranzo (makan siang), dia akan
memikirkan hidangan pasta, daging, dan sayuran,” tutur Dr. Benedetta
Basseti dari University of York.
“Ada banyak bukti penelitian yang membenarkan bahwa orang yang menguasai
dua bahasa berpikir dengan menggabungkan dua pandangan yang mewakili
dua bahasa yang mereka kuasai. Tapi kadang mereka juga membuat konsep
baru yang tidak datang dari salah satu bahasa itu,” ujar Profesor Cook.
Di era 70-an, peneliti menemukan bahwa anak-anak yang berbicara dengan
Bahasa Inggris beranggapan bahwa waktu berjalan dari kiri ke kanan, dan
anak-anak Arab berpikir sebaliknya, dan yang mempelajari Bahasa Inggris kemudian tahu bahwa dua-duanya benar.
Profesor Cook menemukan bahwa orang Italia menganggap rubah lebih cantik
dan lembut, sedangkan orang Jerman menganggap tikus yang lebih cantik
yang lembut (menurut kalian cantikan mana?). Hal ini terjadi karena
rubah dalam konjugasi Bahasa Italia bersifat feminin dan dalam Bahasa
Jerman bersifat maskulin. Sedangkan tiks, dalam Bahasa Italia ia
bersifat maskulin sedangkan dalam Bahasa Jerman feminin. Mereka yang
menguasai kedua bahasa tersebut tidak akan bingung sebab persepsi mereka
tidak berdasarkan tata bahasa.
sumber: detik.com, dengan perubahan.