Grammar Bukan Solusi Menguasai Bahasa Inggris-- Global Bahasa

Global Bahasa,--Seberapa penting peran bahasa Inggris di era global saat ini? Jawabannya bisa jadi sangat penting. Hal ini bisa dipahami mengingat bahasa Inggris merupakan bagian dari tuntutan zaman yang semakin maju. Kenyataannya, bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan dalam ranah komunikasi sehari-hari. Betapa tidak, hampir setengah dari jumlah buku, perangkat komputer, data ilmiah, website ditulis dalam bahasa Inggris. Bahkan, tulisan berbahasa Inggris hampir bisa ditemui di berbagai tempat di belahan bumi ini.
Karena kebutuhan inilah, kita dituntut untuk mampu menguasai bahasa Inggris baik secara aktif maupun pasif. Di Indonesia sendiri –yang notabene tidak memakai bahasa Inggris sebagai bahasa resmi, bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Bahkan, bahasa Inggris menjadi salah satu mata pelajaran prasyarat kelulusan mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Bahasa Inggris, selain menjadi tuntutan juga menjadi momok menakutkan bagi para pelajar yang merasa kesulitan untuk menguasainya.
Selama ini para pelajar, mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi, meyakini bahwa belajar grammar (tata bahasa) adalah langkah dasar untuk menguasai bahasa Inggris. Selama puluhan tahun pula kurikulum pendidikan di Indonesia, khusus untuk pelajaran bahasa Inggris, selalu menerapkan hal serupa, baik lembaga formal seperti sekolah maupun non-formal seperti lembaga kursus dan bimbingan belajar.
Setidaknya para pelajar di Indonesia telah mengenal dan mempelajari bahasa Inggris selama kurang lebih 6-12 tahun. Namun, pada kenyataannya kemampuan bahasa Inggris mereka tidak lebih baik dari seorang anak bule yang masih berusia 4 tahun. Jangankan bisa berkomunikasi dengan lancar, kosa kata bahasa Inggris pelajar kita saja masih kalah jauh dengan seorang anak bule.
Perlu kita sadari bahwa model pembelajaran grammar yang selama ini diterapkan agaknya bukan solusi tepat untuk membuat seseorang lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kita patut bertanya, mengapa seorang anak usia 4 tahun yang belum lancar baca-tulis mampu berbahasa Inggris dengan lancar dibandingkan dengan remaja usia 17 tahun yang sudah menguasai baca-tulis? Dari sini kita bisa tahu bahwa belajar dengan metode baca-tulis kurang efektif jika dibandingkan dengan metode dengar-bicara. Kita ambil contoh nyata, bahwa seseorang yang buta sejak lahir ia masih mampu berbicara dengan lancar, namun seseorang yang tuli sejak lahir ia akan mengalami kesulitan dalam berbicara.
Jika kita telusuri lebih lanjut, kemampuan penguasaan bahasa seseorang ditentukan oleh otak kiri. Otak kiri, atau biasa disebut Left Hemisphere, memiliki tiga bagian (Broca’s Area, Wernicke’s Area, dan Sylvian Fissure) yang ketiga-tiganya berhubungan dengan produksi, pemahaman, dan aktualisasi kemampuan bahasa seseorang. Dengan mengetahui mekanisme kerja otak, kita harus mengubah paradigma berpikir dan belajar kita bahwa akan lebih efektif menggunakan model belajar dengar-bicara daripada model belajar baca-tulis untuk mempelajari bahasa. Dengan kata lain, jika seseorang ingin menguasai bahasa maka harus lebih banyak melibatkan telinga (dengar-bicara) daripada melibatkan mata (baca-tulis).
Lalu bagaimana solusi yang tepat untuk dapat menguasai dan berkomunikasi dengan bahasa Inggris dengan lancar? Berikut adalah beberapa langkah yang seharusnya diterapkan:
  1. Belajar bahasa harus diawali dengan lebih banyak berlatih mendengar dan berbicara.
Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menonton film-film berbahasa Inggris sambil menirukan bunyi kata (pronunciation) yang diucapkan dengan sesekali mencocokkan terjemahannya pada subtitle yang tertera. Atau bisa juga dilakukan dengan mendengar lagu-lagu berbahasa Inggris yang easy-listening (mudah dipahami, seperti lagu-lagu bertema cinta) dengan melihat liriknya. Dengan metode ini, setidaknya kita bisa melatih speaking-listening skill (kemampuan bicara-dengar) dengan baik. Selain itu, metode ini banyak membantu kita dalam memahami pola susunan kalimat bahasa Inggris yang tepat. Jadi, dalam hal ini, telinga (mendengar) harus banyak dilibatkan untuk menerima bahasa daripada mata (membaca).
  1. Abaikan dulu grammar.
Pada kenyataannya, mempelajari grammar sebelum bisa berbicara hanya akan menghambat penguasaan bahasa. Jika seseorang mempelajari grammar sebelum mampu berkomunikasi, maka ia hanya akan merasa takut salah berbicara karena tidak sesuai dengan aturan grammar. Selain itu, kita juga seringkali terjebak pada susunan kalimat bahasa Indonesia kita yang (sayangnya) masih jelek, bertele-tele, dan tidak to the point. Dalam hal ini, kita kerap “memecah” otak kita dalam dua partisi untuk menerjemahkan kalimat dalam bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya secara letterliejk.
  1. Terapkan lebih banyak kalimat daripada sekadar kata.
Jangan menghafal vocabulary (kosa kata) sebelum bisa conversation pattern (percakapan). Artinya, untuk menerima bahasa harus dalam bentuk frase atau kalimat; seperti: A smart boy (frase), I’m falling in love with a smart boy (kalimat), dan bukan dalam bentuk kata-perkata; seperti: Smart, Boy, Love, dsb. Gunakan kamus bahasa Inggris yang dilengkapi dengan contoh kalimat di dalamnya sehingga memungkinkan kita untuk mampu menerapkannya dalam percakapan sehari-hari dan memahami penggunaannya baik dalam kalimat sederhana maupun kalimat kompleks.
  1. Practice makes perfect.
Input bahasa, baik dalam bentuk frase maupun kalimat, yang telah diperoleh dari banyak mendengar dan berbicara harus dilatih terus-menerus dan diulang-ulang hingga membentuk ingatan (memory) jangka panjang di otak. Gunakan sebanyak mungkin media dan fasilitas yang menunjang kemampuan kita dalam berbahasa Inggris, misalnya chatting di social media atau bergabung dalam komunitas English Club. Intinya, bisa karena terbiasa.

Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *